Saingi Fintech, Bank Rela 'Potek' Laba dari Transfer Kliring

Saingi Fintech, Bank Rela 'Potek' Laba dari Transfer Kliring

Jakarta, CNN Indonesia -- Perbankan nasional mengaku rela memangkas biaya transfer dana melalui kliring demi menyaingi perusahaan teknologi berbasis keuangan (financial technology/fintech). Tujuannya, agar masyarakat tetap memilih bank sebagai tempat untuk melakukan transfer dana ketimbang fintech.

Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi memandang persaingan dengan fintech membuat bank mau tidak mau memang harus terus mencari celah agar tidak kalah menarik di mata masyarakat. Apalagi, layanan keuangan yang diberikan fintech kian beragam dari waktu ke waktu.

Selain itu, tak jarang layanan diberikan dengan pungutan biaya yang lebih rendah hingga gratis. Untuk itu, bank melihat kebijakan pemangkasan biaya transfer dana melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan salah satu cara jitu agar bisa mendongkrak minat dan volume transaksi dari masyarakat.

"Biaya transfer harus turun karena persaingan bank dengan fintech, juga untuk meringankan nasabah, sehingga transaksi keuangan semakin efisien dan efektif," ungkap Hariyono kepada CNNIndonesia.com, Selasa (3/9).

Hal ini berbeda dengan transfer dana melalui layanan di aplikasi bank. "Yang meningkat adalah transaksi di go-mobile dan clicks. Khususnya, go-mobile yang tumbuh sampai 30 persen," jelasnya.Namun, Hariyono enggan memberi proyeksi terkait potensi peningkatan volume transaksi serta sumbangan pendapatan yang bisa dikantongi bank. Namun, ia optimis volume transaksi bakal meningkat.Kendati rela memangkas, Hariyono tak memungkiri ada dampak penurunan pendapatan non bunga alias fee based income dari kebijakan ini. Namun, menurutnya, hal ini tak semata-mata langsung menurunkan potensi pendapatan yang masih bisa didapat.

Toh, sambungnya, selama bank bisa memunculkan inovasi layanan, maka pendapatan pun masih bisa diupayakan. "Perbankan memang tidak hanya mengandalkan fee income dari biaya transfer, sehingga bank juga didorong untuk mencari sumber fee income lain," katanya.

Selain itu, ia mengatakan kebijakan pemangkasan biaya transfer sejatinya tak otomatis membuat kantong pendapatan bolong. Pasalnya, ia meyakini pemangkasan biaya transfer dana melalui kliring bisa mendongkrak volume transaksi transfer.


"Tapi apakah penurunan biaya transfer ini dapat mendorong transaksi? jawabannya bisa, karena diharapkan nasabah menggunakan transfer dana dibandingkan bilyet giro dan cek," tuturnya.

Berbeda, Direktur Consumer Banking PT CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan memandang kebijakan pemangkasan biaya transfer dana melalui sistem kliring sejatinya tidak berdampak besar pada pendapatan perusahaan. Toh, katanya, volume transaksi transfer dana di kantor cabang memang sudah tumbuh stagnan sejak beberapa waktu terakhir.

Walhasil, pemangkasan biaya transfer dana kliring tak memberi pengaruh besar, apalagi sampai menurunkan pendapatan non bunga. "Kami rasa impact tidak terlalu berarti karena porsi fee yang disumbangkan terhadap total fee juga tidak besar," ucapnya.


Sebelumnya, BI baru saja menerapkan perubahan tarif transfer antar bank melalui kliring dari semula Rp5.000 per transaksi menjadi Rp3.500 per transaksi.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran BI Edi Susianto mengatakan hal ini dilakukan guna meningkatkan volume transaksi transfer dana. Kemudian, agar kebutuhan transfer dana lebih murah, cepat, dan efisien.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190903140803-78-427130/saingi-fintech-bank-rela-potek-laba-dari-transfer-kliring
.
Share:

Recent Posts