Sulit Bikin Peserta BPJS Patuh Bayar Cuma Lewat Autodebet

Sulit Bikin Peserta BPJS Patuh Bayar Cuma Lewat Autodebet

Jakarta, CNN Indonesia -- BPJS Kesehatan akan menerapkan pembayaran iuran dengan sistem autodebet rekening nasabah. Tujuannya, semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan bayar peserta.

Sistem autodebet rekening adalah penarikan dana secara otomatis yang akan membuat saldo nasabah berkurang, yang tanggal penarikannya diatur sesuai jadwal.

Sebetulnya, pembayaran melalui sistem autodebet sudah ditawarkan BPJS Kesehatan di kalangan peserta kelas Mandiri I dan II. Namun, selain belum wajib, masih ada keluhan kegagalan sistem yang memaksa peserta melakukan pembayaran secara manual.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan pembayaran secara autodebet untuk mitigasi kepatuhan membayar, yang ujung-ujungnya akan memaksimalkan penerimaan iuran.
Jakarta, CNN Indonesia -- BPJS Kesehatan akan menerapkan pembayaran iuran dengan sistem autodebet rekening nasabah. Tujuannya, semata-mata untuk meningkatkan kepatuhan bayar peserta.

Sistem autodebet rekening adalah penarikan dana secara otomatis yang akan membuat saldo nasabah berkurang, yang tanggal penarikannya diatur sesuai jadwal.

Sebetulnya, pembayaran melalui sistem autodebet sudah ditawarkan BPJS Kesehatan di kalangan peserta kelas Mandiri I dan II. Namun, selain belum wajib, masih ada keluhan kegagalan sistem yang memaksa peserta melakukan pembayaran secara manual.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan pembayaran secara autodebet untuk mitigasi kepatuhan membayar, yang ujung-ujungnya akan memaksimalkan penerimaan iuran.

"Ada empat hal untuk mitigasi, salah satu di antaranya menambah akses kemudahan pembayaran iuran," ujarnya kemarin.

Namun, Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar tampak pesimis dengan kebijakan itu. Alasannya sederhana, manajemen perusahaan peralihan PT Asuransi Kesehatan atawa Askes masih bobrok dan peserta yang disasar belum cukup melek dengan sistem keuangan.

"Literasi dan inklusi keuangan masih rendah, khususnya kelas Mandiri III. Jangankan susah bayar, punya rekening tabungan pun rasanya masih banyak yang belum," ungkapnya Timboel kepada CNNIndonesia.com, Selasa (3/9).

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 2016 melansir tingkat literasi atau pemahaman masyarakat terhadap sistem keuangan hanya 32,1 persen bagi masyarakat berusia 18 tahun sampai 25 tahun dan 33,5 persen bagi yang berusia 26 tahun sampai 35 tahun.

Sementara, tingkat inklusi atau penggunaan produk keuangan di masyarakat mencapai 70 persen bagi masyarakat berusia 18 tahun hingga 25 tahun dan 68,4 persen bagi 26 tahun hingga 35 tahun.

Menurut Timboel, kondisi literasi dan inklusi masyarakat Indonesia saat ini belum sejalan dengan mimpi BPJS Kesehatan menyelesaikan masalah defisit keuangan melalui pembayaran iuran secara autodebet. Justru, ia khawatir kebijakan ini hanya akan mempersulit layanan kesehatan yang bisa diterima masyarakat.

Pasalnya, sistem pembayaran autodebet memaksa peserta untuk memiliki rekening. Juga memaksa masyarakat untuk menabung atau setidaknya meninggalkan sejumlah nominal di dalam rekening.

Padahal, bagi kelas Mandiri III yang notabene merupakan masyarakat menengah ke bawah, arus kas mereka tak jarang masih kurang lancar. "Misalnya tukang ketoprak, tukang bakso, itu mungkin mereka kelas Mandiri III, sehari-harinya perputaran uang mereka cepat, uang yang ada langsung digunakan untuk modal usaha besok," kata Timboel.
Sulit Bikin Peserta BPJS Patuh Bayar Cuma Lewat Autodebet



Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190903075756-78-426992/sulit-bikin-peserta-bpjs-patuh-bayar-cuma-lewat-autodebet
Share:

Recent Posts